Kamis, 16 Oktober 2014

Jogja in Memory #1


Lucu-Lucuan Akhirnya Kebawa Suasana

Sebenarnya banyak hal lucu dan membahagiakan selama saya tinggal di Jogja yang ingin saya ceritakan setiap harinya. Namun, tidak setiap hari saya menulis cerita tentang indahnya hidup di sana setiap waktu, bukan. Setiap hembusan nafasa dan setiap detap langkahku di sana membuktikan bahwa saya mampu lebih dari orang biasa.
Marah. Memang paling sering dimarahi sama bos tetapi beliau sangatlah baik. Sayalah yang salah, seperti lupa mengerjakan yang harusnya dikerjakan, terlambat datang. Satu hal lagi yang beliau tidak suka, yaitu saya selalu bersuara keras walau kantor kami begitu imutnya. Bagaimana tidak saya suka berbicara dan tertawa keras, saya selalu menjadi pemimpin upacara kala sekolah, sekarang saya harus bekerja di kantor, sangatlah tidak pantas. Harusnya saya bekerja di lapangan atau di sidang pengadilan agar tanpa pengerasa suara pun suara saya bakal terdengar dengan jelasnya. 
Pernah sekali saya ingat bahwa saya tidak tahu tentang rundown acara diklat pembuatan kontrak oleh SAFE Law Firm tiga bulan lalu. Pak, saya tidak mampu menjelaskan waktu itu dengan baik dan saya sangat ingin menjelaskan dan saya tidak bisa diam. Saya pun bingung. Begini (walau terlambat), saya sudah menanyakan kepada mas Andi, Mas ini sampai kapan waktunya, sampai jam makan siang atau setelah jam makan siang selesai saja? Dia hanya menjawab nanti terserah Bapak yang mengisi, saya tidak tahu jelas jawaban pastinya apa. Lalu saya masuk dan peserta pun sebenarnya tidak tahu sampai kapan sampai pembicara bertanya. Ada peserta yang menjawab sampai pukul 12.00. Saya kaget setengah mati dan saya tidak tahu sampai pukul berapa sampai saya diberitahu Mas Andi. Saya keluar dari kelas dan bertanya, dia pun pergi entah ke mana. Saya dipanggil ke kantor dimarahi dan tetap saja saya membalas. Kata senior saya jangan dibalas. Saya tidak salah kok, kenapa saya yang dimarahin. Harusnya ketua yang dimarahi, kok malah saya. Malah saya yang dijelek-jelekkan di depan semua orang. Ditambah lagi saya diejek di depan umum bahwa saya tidak amanah membawa anak untuk menginap di rumah Pak Nasrullah kala itu. Muka saya hancur seketika. Saya berbuat semampunya dan saya tidak mudah berkata tidak bisa. Saya lakukan semaksimal mungkin. Ketua dan wakil ketua penyelenggara bersepakat akan mengatakan hal yang sama, saya tidak bisa bernegosiasi kalau saya tidak bersalah. Akhirnya saya yang dianggap tidak bekerjasama dan ketua lepas dari tuntutan. Semenjak itu sayatidak percaya lagi dengan dia.
Saya mohon maaf pak atas segala sesuatunya, saya tahu saya salah dan saya berusaha sebaik mungkin untuk melakukan yang terbaik dan cepat. Saya akhirnya mendapat ilmu bagaimana bekerja dengan orang lain, bagaiamana mengerjakan dengan cepat dan tepat, bagaimana menyusun kegiatan dengan tepat, dan bagaimana berjuang sampai tengah malam untuk latihan debat dengan teman-teman. Terima kasih Bapak yang sudah menggoda saya dengan beasiswa untuk membantu saya di Jogja, tetapi sayang Pak, Ibu saya yang saya sangat hormati tidak mengizinkan anak pertamanya melawan. Terima kasih Bapak. Bapak salah satu inspirasi dalam hidup saya. Saya berjanji akan selalu ingat jasa Bapak dan akan kembali ke Jogja dengan senyuman kebanggaan untuk Bapak. Saya berjanji untuk terus melanjutkan sampai sekolah postgraduate di luar negeri dan doktor pak. Kalau bisa sampai professor. Terima kasih Bapak.
Kedua, rekan-rekan kerja yang agak aneh. Satu, mas Soni, orang yang santai habis dan slow banget, tidak bisa bangun pagi, selalu tidur pagi. Namun, kalau dimintai bantuan pasti menolong, tetapi harus minta tolong dulu sebelum menolong. Haha. Mas Yudha, model paling kece di kantor dan selalu pakai sepatu mahal dan tas pinggang kecil isi tab. Pakai topi di ruangan, dan jelas itu GEJE habis, haha. Dia rajin dan suka menabung. Tahun depan udah aja dia ke Singapur untuk melaksanakan KKN Internasional. Semangat ya. Mas Binang, ketua IPSC yang selalu keren di mata teman-teman, ahli debat, pintar bahasa Inggris dan satu lagi orang kepercayaan Bapak di kantor. Dia suka menolong kalau dimintai pertolongannya dan siap membantu saya. Mas Rizaldy, waduh, udah lulus dan sangat keras orangnya, walau jutek, beliau baik hati dan suka mendengarkan orang lain. Sekarang sudah menempuh pendidikan kepengacaraannya ya. Eits, teman-teman saya lupa. Mas Rizaldi, Mas Sony, dan Mas Hary berbicara menggunakan bahasa Arab lo di kantor, saya Cuma manggut-manggut saja kalau mereka berbicara bahasa Arab.
Satu lagi Mas Hary, saya bangga berteman dengan beliau. Dia itu baik dan suka sekali mengerjakan pekerjaan teman yang lain, kalau dia bisa kerjakan sendiri dia akan kerjakan sendiri dan tidak bertanya butuh orang lain. Oleh karena itu, saya yang harus selalu aktif untuk menawarkan bantuan kalau tidak, saya langsung mengambil alih pekerjaannya. Apapun itu saya akan bantu beliau.
Mba Isni, senior di kantor yang paling kece, saya saja kalah kece. Tidak pernah marah kepada saya dan selalu bilang, kalau dimarahin mbokyo diem saja tidak usah jawab. Haha. Selalu mengajak saya kalau butuh apa-apa. Saya suka melakukan apa pun untuk beliau karena beliau itu baik hati dan kalau ada tambahan biasanya bagi-bagi. Beliau mempunyai anak kembar laki-laki dan satu anak perempuan yang masih kecil. Beliau sering meminta bantuan saya untuk membantu jawaban PR anak kembarnya yang sekarang duduk di kelas tiga SD. Beliau karena rajin sering diajak oleh bos-bos di kantor untuk membantu di ruangannya. Oleh karena itu, mba Isni juga inspirator dalam kehidupan kerja di depan nantinya kalau saya sudah bekerja.
Desa binaan, saya suka sekali ada dengan anak-anak. Mereka adalah pewaris negara di masa depan. Mereka tidak nakal hanya iseng saja. Haha. Dengan mengajari anak-anak saya sangat senang dan bahagia membantu PR dan mengajari mengaji mereka. Dengan mengajari mereka itulah cara saya berterima kasih pada guru saya yang dulu mengajar saya kala sekolah. Saya suka sekali dengan anak-anak, mereka mudah dipengaruhi untuk menjadi baik kalau gurunya baik dan memberikan contoh yang baik. Saya dan teman-teman mengajar di Desa Pendowoharjo, Bantul, DIY. Setahun adalah waktu yang sangat berharga bagi saya dan teman-teman karena mengajar, bermain, dan tertawa bersama anak-anak adalah pengalaman yang tidak akan terlupakan.
Sekian itu ceritaku, nanti bakal saya tambahkan ya. Foto-foto bakal menyusul kok
Saya menulis ini semua agar saya ingat semua yang saya lakukan di Jogja selama setahun dan hidup harus bermanfaat bagi orang lain.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar